Vietnam dan Kisah Heroisme

Sejarah Vietnam dipenuhi dengan cerita-cerita tentang perjuangan kemerdekaan yang begitu konstan. Sejak Dinasti Han Cina mendirikan sebuah pasar di sebuah lokasi yang sekarang menjadi bagian dari Hanoi, sejarah mencatat Vietnam sebagai bangsa tertindas yang kerap dijajah oleh berbagai bangsa baik dari Asia maupun Eropa.


Vietnam

Menilik ulang setahun ke belakang, sebagai bagian dari misi saya berpetualang di Asia Tenggara untuk menemukan 'what really matters', saya berlabuh di sebuah wilayah yang dulunya dikenal sebagai medan perang yang amat brutal, wilayah ini bernama Vietnam. Saat itu, saya sejenak teringat memori masa kecil dimana saya sering menonton film perang, dan seakan terpatri dalam benak saya  gambaran tentang tentara Vietnam bagaikan predator ganas berwajah bengis dengan simbol bintang merah di topi mereka tengah berperang dengan gigihnya melawan Amerika, dulu saya berasumsi Vietnam sebagai sebuah karakter antagonis yang kejam tanpa mengetahui sebab-musabab kenapa Vietnam dan Amerika berperang. 

Melawan Amerika, Prancis, Khmer dan bangsa penjajah lainnya, revolusi dan perlawanan ibarat ritme genderang perang berkesinambungan yang telah menjadi bagian dari karakter nasional Vietnam. Dalam setiap titik dalam sejarah Vietnam, seorang pahlawan selalu muncul untuk menyatukan rakyat Vietnam yang terpecah belah dan tertindas, mereka hadir untuk memberikan rakyat Vietnam keyakinan sebagai bangsa yang merdeka.

Peperangan Sungai Bach-dang

Setelah seribu tahun Vietnam berada dalam kekuasaan Cina, kejatuhan dinasti Tang seperti membawa angin segar bagi Vietnam. Pada tahun 938, Vietnam dibawah kepemimpinan Ngo Quyen, berhasil menumpas tentara Han Cina yang datang untuk merebut kembali Vietnam. Ngo Quyen yang dikenal sebagai ahli strategi militer meluluhlantahkan tentara Han di sungai Bach-dang dengan taktik perang jitu yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Taktik militer Ngo Quyen kemudian ditiru oleh para jenderal-jenderal Vietnam selanjutnya untuk menghalau berbagai invasi dari 'bangsa-bangsa utara'. Kemenangan Quyen di sungai Bach-Dang menandakan babak baru Vietnam, dimana setelah peperangan sungai Bach-Dang, Quyen mendirikan kerajaan Vietnam merdeka yang ia sebut, Nam Vieth. Meskipun Cina berulang kali menyerang Vietnam di abad-abad selanjutnya, kerajaan Nam Vieth tetap dikenal sebagai daerah otonomi yang merdeka hingga Prancis mengambil alih kekuasaan pada abad 19.

Pemberontakan Lam Son

Setelah serangan yang bertubi-tubi ke Vietnam selama berabad-abad. Pada abad ke 14, Cina berhasil merebut Hanoi kembali. Namun keberhasilan Cina tidak bertahan lama berkat seorang politikus ulung yang juga jenderal tangguh bernama Le Loi. Untuk mengusir bala tentara Cina, Le Loi mendeklarasikan dirinya sebagai juru selamat Vietnam dan menyerukan rakyatnya untuk bangkit melawan agresor Cina atas dasar 'National Salvation'. Frase 'National Salvation' pada akhirnya menginspirasi Pemberontakan Lam Son melawan Dinasti Ming. Pemberontakan Lam Son ditandai dengan peristiwa penyerbuan Benteng Dong Qang, dimana Le Loi kembali membuktikan jika Vietnam adalah tempat lahirnya para ahli strategi militer ulung. Alih-alih menyerang secara sporadis sebuah benteng yang pertahanannya tertata sangat baik. Le Loi  memilih untuk mengepung benteng itu sambil memutus jalur logistik dan mengagalkan berbagai upaya Dinasti Ming untuk melakukan penambahan pasukan ke dalam benteng. Tahun 1427, benteng Dong Qang pun akhirnya jatuh ke tangan Le Loi dan pasukan Cina tak pernah kembali ke Vietnam untuk selamanya. 

Perjanjian Versailles

Periode kekuasaan Prancis di Vietnam berawal di tahun 1858 saat Prancis menyerang kota Da Nang setelah beberapa misionaris Prancis dieksekusi mati di Vietnam. Di tahun 1874, seluruh Vietnam ditaklukan Prancis dan Vietnam menjadi Protektorat Prancis, atau disebut juga sebagai "Annamites''.  Di akhir perang dunia I, Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson mengetahui rencana Vietnam Merdeka yang diimpikan oleh Nguyen Tat Thanh atau dikenal juga sebagai Ho Chi Minh, namun akhirnya Woodrow lebih memilih untuk mengembalikan Vietnam menjadi Protektorat Prancis.


Pemimpin Vietnam Utara Ho Chi Mich (source:historynet.com)

Keruntuhan Prancis di babak awal Perang Dunia ke-2, dimanfaatkan oleh Jepang untuk menahbiskan diri menjadi penguasa berikutnya di Vietnam. Namun, karena perlawanan sengit pasukan komunis Viet-Minh yang secara mengejutkan didukung oleh Amerika Serikat dan dipimpin oleh Ho Chi Minh, Jepang akhirnya menyerah dan lahirlah Democratic Republic of Vietnam / Vietnam Utara dan Republic of Vietnam / Vietnam Selatan

Perang Vietnam

Apa yang terjadi setelah Perang Dunia ke 2 di Vietnam adalah Perang Ideologi. Vietnam Utara yang berasaskan Komunis beribukota di Hanoi dan didukung oleh Uni Sovyet, Cina dan negara sekutunya, harus berperang melawan Vietnam Selatan yang anti-komunis yang beribukota di Saigon (Ho Chi Minh City) dan didukung oleh Amerika Serikat dan sekutunya. 

Perpecahan ini membuat Ho Chi Minh sebagai deklarator kemerdekaan Vietnam geram, karena Amerika Serikat yang sebelumnya mendukung Ho Chi Minh dalam perlawanan melawan Jepang, berbalik arah mendukung berdirinya Vietnam Selatan. Amerika dalam era perang dingin bertindak sebagai negara adikuasa yang ingin menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Apa yang terjadi di Vietnam dalam kurun waktu 1955-1975, sangat mirip dengan Perang Korea antara Korea Utara dan Korea Selatan. Amerika menuduh kedua perang sipil tersebut dilatarbelakangi atas upaya Uni Sovyet menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia.

Warga Vietnam Selatan di Amerika memperingati The Black Day 30th of April (source : tetparade.org)



Tet Parade (source: Dallasnews.com)

Tapi tuduhan yang digencarkan Amerika tidak sepenuhnya benar, hal ini dapat dibuktikan saat jatuhnya Saigon ke tangan Vietnam Utara yang direbut tanpa memunculkan pertumpahan darah besar-besaran/ tragedi genosida seperti yang dikhawatirkan Amerika. Saigon secara resmi jatuh ke tangan Vietnam Utara tanggal 30 April 1975 dan menandakan awal dari berdirinya Republik Sosialis Vietnam yang kita kenal hingga saat ini. Jatuhnya Saigon lantas menyebabkan pegungsian besar-besaran warga Vietnam yang anti-komunis ke Amerika dan negara-negara sekutunya. Ho Chi Minh, sang Founding Father sejatinya tidak pernah melihat kedua Vietnam bersatu karena ia meninggal dunia pada bulan September 1969.

Dan 44 tahun setelahnya, tepat pada tanggal 30 April 2019 saya mendapatkan kesempatan mengunjungi Saigon / Ho Chi Minh City untuk mengenal lebih jauh Vietnam. Sejauh pengamatan yang saya dapat, Vietnam selama 44 tahun terakhir sepertinya telah banyak berbenah diri bersiap menjadi macan asia dengan catatan impresif sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat se-Asia Tenggara.

Sudut Saigon (Photo by Oka)


Hubungan erat USSR-Vietnam  (Photo by Oka)


Markas Tentara Nasional Vietnam (Photograph by Oka)


Saigon Kini (Photo by Oka)




Comments

Popular Posts