Menjadi Indonesia

Nggak pernah terlintas di kepala sebelumnya akan ditugaskan ke luar kota selama 1 bulan penuh, ke kota yang sebelumnya gw hanya pernah liat di peta, ngga punya keluarga disana, ngga tau seluk beluknya seperti apa, asing. dan kota itu adalah GORONTALO.

Serius, ini sebuah perjalanan tugas yang sangat melelahkan, jauh dari rumah, harus beradaptasi dengan kota yang sepi, bertarung sama deadline yang ketat, tidak henti2nya mengatur jadwal liputan siang dan malam, harus menulis naskah yang berkualitas meskipun waktu minim, asing tempat, orang orang baru dan terutama suasana sepi yang membunuh keceriaan, benar-benar menguji mental, fisik dan kesabaran.


Tapi dalam setiap scene kehidupan akan selalu ada makna, gw percaya itu dan di balik semua gw belajar banyak hal penting yang makin membuat pikiran terbuka..*filosofia.. kesederhanaan orang orang Gorontalo, kehangatan mereka, keceriaan ala mereka, keramahtamahan, hubungan kekeluargaan yang erat, kehidupan yang sinergis antara agama dan adat istiadat serta keindahan bumi Hulondhalo lipu’u dengan keanekaragaman seni budayanya, adalah suatu sisi yang sangat menghibur dan banyak menolong.



Bulan Mei2010 gw habiskan di kota serambi madinah itu, dan ini adalah sepenggal cerita dari sana..



Pertama kali sampai di kota Gorontalo langsung disambut sama tugu simpang lima, *semacam tugu selamat datang sebelum masuk kota. dan yang menarik, semua jalanan utama kota jika ditelusuri akan bertemu di titik ini, tugu simpang lima ini. Arsitektur kota yang cukup terencana. 



Hari pertama sampai, gw langsung jalan jalan sore keliling kota. Dan terkesima sama kota yang diapit bukit-bukit besar yang langsung menghadap ke arah laut, yang seakan melindungi kota dari ancaman yang bisa datang kapanpun dari laut.*parno gempa dan tsunami gaess hehe



Suasana senjanya juga bersahabat, sinar matahari yang akan terbenam terlihat menyempil di antara perbukitan, dan tempat yang tepat buat liat panorama indah Gorontalo adalah kantor Gubernur yang berada di atas bukit, dari tempat ini kita bisa melihat seluruh penjuru kota Gorontalo. Bagus.. Bagus.. Bagus !! 


Sempet mengabadikan diri sebentar di jembatan sungai Bone..






Di minggu pertama, gw sempet bertandang ke sanggar Adwindo di Dulo Hupa (semacam sanggar seni dan pusat budayanya kota Gorontalo) terus disana gw ketemu sama sekelompok muda-mudi yang lagi latihan Tari Dana–Dana. Tari Dana-Dana adalah salah satu produk budaya Gorontalo yang cukup digandrungi generasi mudanya, tarian ini diiringi sama rebana dan musik gambus, dengan lirik yang berisi tentang percintaan atau hubungan pergaulan antar remaja. Tarian ini sering sekali dibawakan pada saat pesta rakyat atau pagelaran seni budaya. *salut sihhh sama generasi muda Gorontalo yang kayak begini






Dan beberapa hari berikutnya ada kesempatan untuk meliput  menonton Tari Dana-Dana di festifal budaya "Gita Bahana Nusantara".






Minggu kedua, yang menarik dan menantang adalah perjalanan untuk membuat feature  kehidupan nelayan tradisional di desa Batuda’a pantai, sebuah desa yang letaknya terpencil dan jauhnya dari pusat kota adalah 90 kilometer, *miris. Sumpah, jauhnya pooooool dan perjalanan menuju ke sana harus naik turun lembah dan bukit macem ninja hatori. Gw nggak tau lembah-lembah ini terletak di ketinggian berapa, tapi yang jelas cuacanya super dingin dan dari atas bukit ini gw bisa liat gumpalan awan di kejauhan yang menyelimuti hutan belantara di sekitar. Semacam gw terdampar ke negeri di atas awan.  Kecantikan panorama alamnya membayar lunas tuntas semua kerja keras dan petualangan abnormal demi menunaikan tugas. aishh rhymeee




Kampung nelayan Batuda’a pantai dan beberapa perahu nelayan yang tidak terpakai.





Selesai liputan,gw sengaja sempetin diri buat nonton anak anak berenang di pantai.. Menyenangkan banget nonton wajah-wajah polos berloncat-loncatan. :D






Di minggu terakhir di kota Gorontalo, liputan yang paling menarik adalah liputan permainan tradisional Gorontalo yang namanya sisiru bola api. Jadi permainan ini terdiri dari 2 tim yang masing masing beranggotakan 5 orang. Setiap tim berusaha memasukkan bola api ke keranjang musuh, menggiring bola apinya menggunakan sisiru / tampia hanya dengan satu kaki, bolanya ngga boleh sampe jatoh dan kakinya ngga boleh nyentuh tanah. *jago abis, skiill hahah Menurut cerita dari temen temen disana, ini adalah format permainan dari keluarga kerajaan sewaktu Gorontalo masih berbentuk Kerajaan beberapa abad lalu.







Satu bulan disana jelas membuat gw sadar kalo negara gw ini ”besar!” masih banyak tempat yang belum gw datengin, katanya negara kita punya beraneka ragam budaya, suku, adat istiadat. Gw pun punya impian supaya bisa mengunjungi (kalau bisa) seluruh kota yang ada di Indonesia, mempelajari adat istiadat masyarakatnya, menelusuri tempat-tempat eksotis, mengenal seni budayanya, menggali cerita-cerita historis yang lebih mendalam, nyobain makanan khasnya dan terutama menikmati bangganya menjadi Indonesia, INDONESIA RAYA uti !

Comments

  1. Oka keren ya sekarang!!
    bisa ngeliat yang ga semua orang punya kesempatan buat liat.

    Good Job!! =)

    ReplyDelete
  2. hahahaaa.. thankyou viii.. :)
    next destination is BALI !! hahaa i wish

    ReplyDelete
  3. Saya senang dengan tulisan Anda. Skrg kota Gorontalo so banyak perubahan,
    nanti ulang pasiar kamari Bro.!!

    Salam Kenal ya,!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts